Jumat, 19 Maret 2010

Informasi obat

OBH Tropica Plus
Untuk meredakan Batuk yang disertai gejala-gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin.
PT Tropica Mas Pharmaceutical

Panadol Cold And Flu
Panadol Cold dan Flu untuk meredakan gejala hidung tersumbat, Batuk yang tidak berdahak dan demam yang menyertai influenza.
PT Glaxo Smith Kline

Paracetine Syrup 60 ml
Obat penurun demam dan nyeri
PT Erela

Paramex Flu dan Batuk
Untuk meringankan gejala-gejala flu seperti, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin yang disertai Batuk tidak berdahak..
PT Konimex

Paratusin
Untuk meringankan gejala-gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin yang disertai Batuk.
PT Prafa

Paratusin Syrup 60 ml
Obat Batuk, pilek dan demam
PT Prafa

Roselle Tea
Roselle Tea selain dimanfaatkan sebagai minuman teh herbal juga bisa dimanfaatkan sebagai membuat sirup herbal, bahan pewarna dan perasa dalam membuat puding dan ice cream.
CV Putra Farma Yogyakarta

Roselli Tea
- Mengurangi kekentalan darah
- Asam urat - kolesterol - diabetes
- Menurunkan tekanan darah
- Menurunkan berat badan
- Mencegah serangan jantung/Asteriosklerosis
- Meningkatkan stamina
- Menghaluskan kulit dan keriput
- Memperlancar buang air besar-kecil
- Antiseptik (membersihkan) usus
- Meningkatkan peristaltik usus
- Mengurangi Batuk
- Mengurangi efek negatif dari alkohol, narkoba dan nikotin
PT Dinamika Dwiselaras Bekasi

Sanadryl Dmp 120ml
Untuk meringankan gejala Batuk tidak berdahak yang menimbulkan rasa sakit atau Batuk karena alergi.
PT Sanbe Farma

Sanadryl DMP 60ml
Untuk meringankan gejala Batuk tidak berdahak yang menimbulkan rasa sakit atau Batuk karena alergi.
PT Sanbe Farma

http://www.dechacare.com/FindDrug.php?page=7&low_lmt=70&txtSearch=Batuk

Tak Terasa Harga Obat Naik Ratusan Persen

KESRA-- 14 SEPTEMBER:

Terhitung dalam periode 1 Agustus 2007 hingga 10 September 2007, ditemukan puluhan jenis (item) produk obat yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi.

Umumnya persentase kenaikan berkisar antara 5-15%, namun terdapat pula beberapa produk yang melonjak cukup tinggi, yakni kenaikannya bisa mencapai 176%-229%.

Fakta tersebut diambil berdasarkan survei yang dilakukan Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) pada periode Agustus hingga September 2007.

“Kenaikan harga obat tentunya sangat ironis dan makin menambah beban rakyat, mengingat menjelang lebaran, harga-harga sembako dan minyak tanah mengalami kenaikan cukup tajam,” papar Ketua YPKKI Marius Widjajarta, pada Media Indonesia di Jakarta, Jumat (14/9).

Secara tegas, Marius mengkritik industri farmasi yang secara periodik tetap menaikkan harga obat setiap tahunnya. Padahal, menurut analisa, kenaikan harga obat dipicu semata-mata oleh faktor hanya untuk mempertahankan laba dari perusahaan farmasi tersebut.

Pasalnya, selain tingkat inflasi yang dialami Indonesia pada tahun ini sangat kecil, harga bahan baku farmasi yang dipasok dari China dan India sama sekali tidak mengalami kenaikan. Dengan demikian, tidak ada alasan kuat untuk menaikkan harga obat.

Kalau mau jujur, lanjut Marius, harga obat yang dipasaran saat ini telah jauh di atas harga produksi. Margin keuntungan industri farmasi saat ini rata-rata berkisar 50%-200%.

“Dengan nilai keuntungan yang luar biasa tersebut, dapat dilihat secara mata telanjang praktik program diskon dan maraknya penyuapan terhadap dokter-dokter oleh oknum produsen farmasi.”

Survei mencatat, pada Agustus 2007, perusahaan farmasi seperti Sanbe Farma, menaikkan harga obat-obatan ethical (obat resep dokter) rata-rata 5%. Perusahan farmasi lainya pada bulan yang sama, yakni Interbat untuk produk Isoric 100 dan Isoric 300, menaikkan harga produknya tersebut sebesar 5%-10%.

Kemudian Actavis menaikkan produk obat ethicalnya sebesar 5% dan Pharos juga menaikkan obat ethicalnya di bulan Agustus sebesar rata-rata 9%-14%.

Pada September 2007, Kalbe Farma, Dankos dan Saka Farma menaikkan harga obat Out the Counter (OTC-obat tanpa resep dokter) rata-rata 5%. Sedangkan pada bulan yang sama, Ferron menaikkan obat ethicalnya sebesar 5% dan Inmark juga menaikkan rata-rata obat ethicalnya sebesar 7%-9%.

Kenaikan harga obat tersebut semakin memperlebar perbandingan harga obat generik, dengan obat paten serta obat generik bermereknya.

Beberapa contoh perbandingan yang sangat ekstrem antara lain, obat generik jenis Diazepam 2, yang harganya hanya Rp13 per butir, oleh Roche sebagai perusahaan inovatornya (paten), Diazepam 2 dengan merek Valium 2 dijual seharga Rp1.877 per butir atau perbandingannya setara dengam 1 : 144.

Diazepam 2 juga dijual dalam bentuk generik bermerek oleh PT Sanbe Farma, dengan merek obat Valisanbe 2, yang dijual seharga Rp182 per butirnya, atau 1 : 14.

Perbandingan kenaikan harga yang cukup tinggi dengan obat jenis generiknya ini dirasa Marius cukup aneh, mengingat obat-obat tersebut telah habis masa patennya (masa paten umumnya 20 tahun setelah obat ditemukan oleh inovator-red).

Di luar negeri, sambung Marius, bila sudah di luar massa paten, perusahaan farmasi kehilangan hak eksklusif dari produk temuannya, dan harus menjual produknya dengan harga generik dan perusahan farmasi lain boleh membuat salinan resep formulanya.

“Namun di sini lain, selain obat sudah off paten masih dijual dengan harga paten, malah dibuat pula obat jenis generik bermereknya,” tutur Marius heran.

Beberapa contoh lainya, seperti obat generik jenis Piroxicam 20, yang per butirnya hanya seharga Rp102, dijual oleh perusahaan farmasi patennya, Pfizer, dengan diberi label Feldene 20 dengan harga Rp9.419 per butirnya (1 : 92).

Sedangkan Interbat menjual Piroxicam 20, dalam bentuk generik bermerek dengan harga berbanding 1 : 16. Contoh lain, generik jenis Omeprazole 20, yang hanya dijual Rp783 per butir, dijual oleh perusahaan inovatornya, yakni Astra, dengan merek Losee 20, seharga Rp18.291 per butir (1 : 23).

Sementara, Sanbe Farma menjual secara generic, dengan diberi label Pumpitor 20, seharga Rp10.258 per butir (1 : 13).

Contoh perbandingan lain, generik Alopurinol 100, seharga Rp113 per butir, dijual oleh inovator Glaxo Wellcome dengan merek Zyloric 100 dengan perbandingan 1: 16, sedangkan generic bermereknya, yakni Interbat, yang dijual dengan label Isoric 100, dijual dengan perbandingan 1 : 16.

Tidak hanya itu YPKKI juga menemukan fakta bahwa obat generik ada yang dijual di atas harga eceran tertinggi (HET). Nama produk tersebut adalah Amoksilin 500 dengan produsen Indofarma dan Kimia Farma. Harga HET-nya seharusnya Rp31.250, namun dijual di apotek seharga Rp44.250.

Temuan lainya adalah jenis Asam Mefenamat 500, buatan Kimia Farma, yang harga HET-nya hanya Rp13.750, dijual di toko obat dan apotek seharga Rp17.024.

“Hasil temuan kita, kenaikan harga bukan dilakukan oleh toko obat, tetapi oleh produesn, kita ada bukti faktur,” tandasnya.

Tidak langgar aturan

Perihal perbandingan harga yang sangat tinggi antara generik dengan paten dan generik bermereknya di pasaran umum, Marius mendesak agar perbandingan ditetapkan dengan generiknya, maksimal 1 : 3.

Hal ini sesuai dengan SK Mnekes No.696/Menkes/PER/VI/2007 tentang Obat Generik Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Pemerintah.

“Sayangnya peraturan 1 : 3 hanya berlaku bagi obat generik yang dibeli pemerintah, Seharusnya untuk masyarakat umum juga berlaku seperti itu,” tandasnya.

Karena itu, di Indonesia saat ini perlu diberlakukan sistem rasio perbandingan terkendali antara harga obat generik, obat inovator dan obat generik bermerek.

Kebijakan seperti ini, sudah banyak diterapkan di negara-negara lain. Sedangkan bagi industri farmasi yang melanggar HET, diharapkan pemerintah menindak tegas mereka.

“Kalau perlu dengan UU Konsumen dengan denda maksimal Rp2 miliar dan kurungan 5 tahun,” ujarnya.

Dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes Richard Panjaitan menyatakan perbandingan yang tinggi antara generik dengan paten dan generik bermerek di masyarakat umum tidak melanggar peraturan.

“Karena itu, saat ini sedang dibahas undang-undangnya. Pemerintah hanya bisa mengatur 1 : 3 hanya di tempat layanan kesehatan umum yang dibeli pemerintah,” tandasnya.

Perihal harga jual obat generik di luar HET, Richard menandaskan, akan mempelajari lebih dahulu temuan tersebut. (miol/pd)


http://www.menkokesra.go.id/content/view/5158/

Senin, 15 Maret 2010

ANALISIS SWOT

PT Fahlevi Farma memiliki posisi yang terpandang di antara perusahaan farmasi di Indonesia berdasarkan laporan survey dengan jumlah karyawan lebih dari 1500 orang. Empat di antara 15 produk etikal terbaik diproduksi oleh Fahlevi Farma. Keempat produk tersebut adalah Amoxsan (Amoxycillin), Cefat (Cefadroxil), Claneksi (Co-AmoxyClav) and Baquinor (Ciprofloxacin). Delapan pabrik di Indonesia telah menggunakan cGMP dengan standar Internasional dengan PT Fahlevi Farma salah satunya.

Visi

Menjadi perusahaan yang disegani oleh siapapun dan punya kredibilitas tinggi serta diakui dalam dunia usaha.

Misi


Bekerja dengan jujur, bertindak secara professional, berhati luhur dalam berkarya.

Strategi pemasaran

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global.
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.
Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.
Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.
Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab.

Pasar yg di bidik

Perusahaan perusahaan besar yang bergerak di bidanf farmasi seperti
PT SANBE FARMA dan KALBE FARMA

Mengapa PT Fahlevi Farma bisa menjadi top leader di Indonesia?

Analisis SWOT
Strength
Pada bagian produksi, PT Fahlevi Farma merupakan pemimpin dalam penelitian bioavaibilitas dan bioekivalen produk obat dengan menggunakan standard GCP dan GLP yang terbaru.
Laboratorium PT Fahlevi Farma telah terakreditasi oleh National Accredited Body (KAN) sehingga memperoleh ISO/IEC 17025:2005, dan juga diakui oleh BPOM.
PT Fahlevi Farma juga menerima sertifikat Good Manufacturing Practice (GMP) dari Health Science Authority (HSA) Singapura pada pabrik atau bangunan preparasi steril. PT Fahlevi Farma berpedoman pada GMP yang meliputi semua rekomendasi dari World Health Organization (WHO). Hal ini membuktikan bahwa pabrik pengolahan obat yang steril milik PT Fahlevi Farma telah memenuhi Standard Uni Eropa.A
Memiliki lobi dan jaringan dokter yang kuat
Memiliki pemimpin perusahaan yang ulet, tegas, dan jeli menangkap peluang pasar dan turun tangan dalam semua kegiatan yang berlangsung dalam perusahaan.
Karyawan merupakan orang-orang yang berkualitas. (Sdm karyawan didayagunakan efektif dan efisien).
Memilik pabrik infus steril kemasan softbag yang canggih dan yang pertama di Indonesia, serta memiliki keunggulan teknologi pembuatan infus yang pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara, yaitu sistem sterilisasi 121° C, selama 15 menit. Sehingga produk infus yang dihasilkan oleh PT Fahlevi Farma berkualitas jauh lebih tinggi dibanding merek lainnya
Dalam penjualan untuk obat generik, meluncurkan produk generik yang tergolong lebih murah dibanding produk perusahaan farmasi lainnya.
PT Fahlevi Farma merajai pasar produk ethical sehingga dapat menekan biaya promosi/iklan (tidak seperti produk OTC).
Memiliki kekuatan dalam mengontrol distribusi obat-obatannya. Ini terutama karena produk mereka didistribusikan oleh distributor tunggal, PT Bina San Prima.
Weakness
Belum mampu mengelola sumber daya manusia secara profesional à sistem human resources atau people management belum kokoh.
Menurut pandangan Jahja B Soenarjo, CEO Direction Strategy Consulting : gaya Jahja Santoso dalam memimpin perusahaan masih konvensional sehingga Sanbe belum menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara profesional.
Jahja Santoso belum memberi kekuasaan secara penuh (masih setengah percaya pada putra dan orang-orang kepercayaannya).
Opportunity
Besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat per kapita.
PT Fahlevi Farma memiliki international operations di 12 negara. Dengan demikian, kesempatan PT Fahlevi Farma untuk menjadi pemain global semakin terbuka lebar.
12 Januari 2006, PT Fahlevi Farma meresmikan pabrik infus steril kemasan softbag pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Pasar infus saat ini masih lenggang pemain. Satu-satunya saingan yang leading di bisnis ini hanyalah PT Otsuka Indonesia, sehingga kesempatan PT Fahlevi Farma untuk memasuki pasar infus masih sangat besar.
Dibukanya Santosa Bandung International Hospital. RS ini akan menjadi rumah sakit pertama untuk pendistribusian Infus dan beberapa produk baru Sanbe Farma lainnya
Infus menyasar pasar menegah ke atas. Dengan semakin bertumbuh suburnya rumah sakit mewah (Brawijaya Woman and Children Hospital, Siloam Geneagles, Medikaloka Health Care), produk PT Fahlevi Farma ini akan dengan mudah diserap olah pasar.
Mendirikan San-Clin-Eq, sebuah lembaga pengujian BA/BE, dengan peluang pasar yang menjanjikan dan jumlah pemain yang masih lenggang, peluang San-Clin-Eq bersaing di industri pengujian BA/BE masih sangat besar.
Treath

Persaingan pasar produk infus sangat ketat, karena pasar produk infus dikuasai oleh Otsuka. Hal tersebut merupakan tantangan bagi sanbe untuk bisa merebut pasar infuse di Indonesia.
Sanbe harus menerapkan manajemen SDM yang professional sehingga dapat menjamin adanya regenerasi yang akhirnya diharapkan tetap bisa mempertahankan sanbe sebagai perusahaan farmasi no 1 di Indonesia.
Banyaknya medrep dari perusahaan farmasi lain yang kemampuannya tidak bisa diabaikan sehingga sanbe perlu meningkatkan kembali kinerja personal selling (medical representative)
Menjamin bahwa produk me-too yang dipasarkan oleh PT Fahlevi Farma telah melewati uji BA/BE, mengingat pada tahun 2008 semua produk me-too harus memenuhi syarat BA/BE dan tidak hanya diberi logo atau dibubuhi merk dagang. Dengan demikian, PT Fahlevi Farma bisa tetap bersaing dengan originator (korporasi multinasional pemegang paten awal) maupun pesaing lokal. Masa kini, sebagian masyarakat Indonesia mulai beralih menggunakan produk herbal. Oleh karena itu, PT Fahlevi Farma perlu melakukan inovasi produk dengan berusaha memproduksi obat-obat herbal.


"COPYRIGHT FROM SANBE FARMA"